2.1 Pengertian Paradigma Penelitian
Pendidikan
Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara
pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti
terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana
peneliti memahami suatu masalah, serta criteria pengujian sebagai landasan
untuk menjawab masalah penelitian
Paradigma penelitian diabdikan untuk menjawab masalah
dan menjelaskan pencapaian tujuan penelitian sesuai dengan karakteristik data
yang akan dikumpulkan, dan bukan sebaliknya. Oleh karena itu, pemahaman
peneliti mengenai masalah penelitian apa yang akan dipecahkan melalui
penelitian, tujuan apa yang akan dicapai, dan bagaimana karakteristik data yang
akan dikumpulkan sangat penting sebelum menetapkan paradigma tertentu yang akan
dipilih. Ibaratnya, paradigma penelitian merupakan alat potong atau pisau bedah
yang akan digunakan peneliti untuk membedah “hutan masalah” penelitian. Itu berarti, jenis dan karakteristik “hutan masalah” akan
mengarahkan peneliti dalam memilih alat potong atau pisau bedah tertentu.
Dalam referensi penelitian, istilah yang digunakan itu
menyebut paradigma beragam, ada yang menggunakan paradigma, tipe, atau desain.
Belum lagi dikacaukan dengan metodologi dan metode. Paradigma (paradigm)
bersifat perspektif atau berisi pandangan-pandangan penelitian sejalan dengan
paradigma yang dipilih.
2.2
Jenis-
Jenis Penelitian
·
Berdasarkan
Pendekatan :
1. Penelitian
Kuantitatif
Paradigma penelitian kualitatif adalah paradigma
penelitian yang berisi pandangan-pandangan atau keyakinan bahwa fokus
penelitian adalah kualitas (hakikat dan esensi), akar filsafat yang dianut di
antaranya adalah fenomenologi dan interaksi simbolik, aktivitas utamanya adalah
kerja lapangan, etnografis, grounded, tujuannya adalah pemahaman,
deskripsi, temuan, dan pemunculan hipotesis, desain yang digunakan bersifat
lentur, fleksibel, berevolusi, dinamis, latar penelitiannya alamiah, sumber
data yang dijadikan sasaran kecil, tidak acak, pengumpulan data dengan
memanfaatkan peneliti sebagai instrumen utama, modus analisis induktif, dan
temuannya komprehensif dan holistik serta mementingkan transferabilitas
(Alwasilah, 2002).
Paradigma penelitian selalu dihubungkan dengan penelitian
kuantitatif yang didasarkan pada postpositivisme. Penelitian kuantitatif
mencakup penelitian survai, deskriptif causal comparative, retrospektif
(ex-post facto), pre-experimental, quasi-experimental, true experimental,
korelasional, dan eksperimen kompleks dengan banyak variabel dan perlakuan
(seperti desain faktorial dan desain pengukuran berulang).
Paradigma kuantitatif menekankan pada pengujian teori melalui
pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan
prosedur statistik. Penelitian yang menggunakan pendekatan deduktif yang
bertujuan untuk menguji hipotesis merupakan penelitian yang menggunakan
paradigma kuantitatif. Paradigma ini disebut juga dengan paradigma tradisional
(traditional), positivis (positivist), eksperimental (experimental),
atau empiris (empiricist).
Paradigma penelitian kuantitatif dipilih bila penelitian
bertujuan menjelaskan berapa banyak suatu fenomena, bagaimana hubungan
antaraspek, datanya bersifat numerikal, dapat diukur,
”bebas” konteks, dan untuk menguji teori.
Ciri Paradigma penelitian
kuantitatif :
a.
Paradigma tradisional, positivis, eksperimental,
empiris.
b.
Menekankan pada pengujian teori-teori melalui
pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan
prosedur statistik.
c.
Realitas bersifat obyektif dan berdimensi tunggal.
d.
Peneliti independen terhadap fakta yang diteliti.
e.
Bebas nilai dan tidak bias.
f.
Pendekatan deduktif.
g.
Pengujian teori dan analisis kuantitatif.
2. Penelitian
Kualitatif
Paradigma penelitian kuantitatif adalah paradigma
penelitian yang mempunyai keyakinan bahwa fokus penelitian merujuk kepada
kuantitas (berapa banyak) dengan menggunakan landasan filsafat positivisme dan
empirisme. Kegiatan penelitian ini di antaranya dilakukan melalui eksperimen
dengan menggunakan analisis statistik. Tujuan penelitian diarahkan kepada
deskripsi, prediksi, kontrol, dan pebuktian hipotesis. Desain ditentukan lebih
awal dan cenderung terstruktur ”sempurna” dengan menggunakan sampel besar,
acak, dan representatif. Pengumpulan data menggunakan tes, skala angka, survei,
kuesener, dan hasilnya dianalisis menggunakan statistik untuk memperoleh temuan
yang persis untuk melakukan generalisasi.
Paradigma penelitian kualitatif dipilih bila penelitian
bertujuan menjelaskan apa dan mengapa suatu fenomena terjadi, datanya verbal,
interpretatif, multirealitas dan multitafsir, bergantung konteks, dan untuk
mengembangkan teori.
Ciri paradigma penelitian kualitatif
:
a.
Pendekatan konstruktifis, naturalistis (interpretatif),
atau perspektif postmodern.
b.
Menekankan pada pemahaman mengenai masalah-masalah
dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas.
c.
Realitas bersifat subyektif dan berdimensi banyak.
d.
Peneliti berinteraksi dengan fakta yang diteliti.
e.
Tidak bebas nilai dan bias.
f.
Pendekatan induktif.
g.
Penyusunan teori dengan analisis kualitatif.
·
Berdasarkan
Fungsi :
1. Penelitian
Dasar
Penelitian dasar yang sering disebut sebagai basic research
atau pure research dilakukan untuk memperluas batas-batas ilmu
pengetahuan. Penelitian dasar ini tidak ditujukan secara langsung untuk
mendapatkan pemecahan bagi suatu permasalahan khusus. Penelitian dasar
dilakukan untuk memverifikasi teori yang sudah ada atau mengetahui lebih jauh
tentang sebuah konsep. Hal pertama sekali yang harus dilakukan dalam penelitian
dasar adalah pengujian konsep atau hipotesis awal dan kemudian pembuatan kajian
lebih dalam serta kesimpulan tentang fenomena yang diamati. (wibisono, 2002:
4-5)
Penelitian dasar dibedakan atas pendekatan yang digunakan dalam
pengembangan teori yaitu:
§ Penelitian deduktif, yaitu
penelitian yang bertujuan menguji teori pada keadaan tertentu.
§ Penelitian induktif,yaitu
penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan (generating) teori atau
hipotesis melalui pengungkapan fakta.
Penelitian
dasar lebih diarahkan untuk mengetahui, menjelaskan, dan memprediksikan fenomena-fenomena alam dan
sosial. Hasil penelitian dasar mungkin
belum dapat dimanfaatkan
secara langsung akan
tetapi sangat berguna untuk kehidupan yang lebih baik. Tujuan penelitian
dasar adalah untuk menambah pengetahuan
dengan prinsip-prinsip dasar,
hukum-hukum ilmiah, serta
untuk meningkatkan pencarian dan
metodologi ilmiah (Sukmadinata, 2005).
Tingkat generalisasi hasil penelitian dasar bersifat
abstrak dan umum serta berlaku secara universal. Penelitian dasar tidak
diarahkan untuk memecahkan masalah praktis akan tetapi prinsip-prinsip atau
teori yang dihasilkannya dapat mendasari pemecahan masalah praktis. Dengan kata
lain, hasil penelitian dasar dapat mempengaruhi kehidupan praktis. Contoh penelitian dasar yang terkait erat
dengan bidang pendidikan adalah penelitian dalam bidang psikologi, misalnya
penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan perikalu manusia.
Hasil penelitian tersebut sering digunakan sebagai landasan dalam pengembangan
sikap untuk merubah perilaku melalui proses pembelajaran/pendidikan.
2. Penelitian
Terapan
Penelitian terapan berbeda dengan penelitian dasar, penelitian
terapan dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang permasalahan yang khusus
atau untuk membuat keputusan tentang suatu tindakan atau kebijakan khusus.
Penggunaan metode ilmiah dalam penelitian terapan menjamin objektivitas dalam
mengumpulkan fakta dan menguji ide kreatif bagi alternatif strategi bisnis.
Penelitian terapan dibedakan atas:
§
Penelitian dan
pengembangan, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mengembangkan produk sehingga produk tersebut mempunyai
kualitas yang lebih baik.
§
Penelitian tindakan, yaitu penelitian yang dilakukan untuk segera digunakan sebagai
dasar tindakan pemecahan masalah.
Penelitian terapan atau
applied research dilakukan berkenaan dengan kenyataan-kenyataan praktis,
penerapan, dan pengembangan ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh
penelitian dasar dalam kehidupan nyata.
Penelitian terapan berfungsi untuk
mencari solusi tentang masalah-masalah tertentu. Tujuan utama penelitian
terapan adalah pemecahan masalah sehingga hasil penelitian dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan manusia baik secara individu
atau kelompok maupun untuk
keperluan industri atau
politikdan bukan untuk wawasan
keilmuan semata (Sukardi, 2003). Dengan kata lain penelitian
terapan adalah satu jenis penelitian yang hasilnya dapat secara langsung diterapkan untuk memecahkan
permasalahan yang dihadapi.
Penelitian ini menguji manfaat dari
teori-teori ilmiah serta mengetahui hubungan empiris dan analisis dalam
bidang-bidang tertentu. Implikasi dari
penelitian terapan dinyatakan dalam rumusan bersifat umum, bukan rekomendasi
berupa tindakan langsung. Setelah sejumlah studi dipublikasikan dan dibicarakan
dalam periode waktu tertentu, pengetahuan tersebut akan mempengaruhi cara
berpikir dan persepsi para praktisi.
Penelitian terapan lebih difokuskan
pada pengetahuan teoretis dan praktis dalam bidang-bidang tertentu bukan
pengetahuan yang bersifat universal misalnya bidang kedokteran, pendidikan,
atau teknologi. Penelitian terapan mendorong penelitian lebih
lanjut, menyarankan teori dan praktek baru serta pengembangan metodologi untuk
kepentingan praktis.
Penelitian terapan dapat pula diartikan
sebagai studi sistematik dengan tujuan menghasilkan tindakan aplikatif yang
dapat dipraktekan bagi pemecahan masalah tertentu. Hasil penelitian terapan
tidak perlu sebagai suatu penemuan baru tetapi meupakan aplikasi baru dari
penelitian yang sudah ada (Nazir, 1985). Akhir-akhir ini, penelitian terapan
telah berkembang dalam bentuk yang lebih khusus yaitu penelitian kebijakan (Majchrzak, 1984). Penelitian kebijakan berawal
dari permasalahan praktik dengan
maksud memecahkan masalah-masalah sosial. Hasil penelitian biasanya dimanfaatkan oleh pengambil
kebijakan.
3. Penelitian
Evaluatif
Penelitian evaluatif pada dasarnya merupakan
bagian dari penelitian terapan namun tujuannya dapat dibedakan dari penelitian
terapan. Penelitian ini dimaksudkan
untuk mengukur keberhasilan suatu
program, produk atau kegiatan tertentu (Danim, 2000). Penelitian ini diarahkan
untuk menilai keberhasilan manfaat, kegunaan, sumbangan dan kelayakan suatu
program kegiatan dari suatu unit/ lembaga
tertentu. Penelitian evaluatif dapat menambah pengetahuan tentang kegiatan dan
dapat mendorong penelitian atau pengembangan lebih lanjut, serta membantu para
pimpinan untuk menentukan kebijakan (Sukmadinata, 2005). Penelitian
evaluatif dapat dirancang untuk menjawab
pertanyaan, menguji, atau membuktikan hipotesis. Makna evaluatif menunjuk pada
kata kerja yang menjelaskan sifat suatu kegiatan, dan kata bendanya adalah
evaluasi.
Penelitian evaluatif menjelaskan adanya
kegiatan penelitian yang sifatnya mengevaluasi terhadap sesuatu objek, yang
biasanya merupakan pelaksanaan dan rencana. Jadi yang dimaksud dengan
penelitian evaluatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan
informasi tentang apa yang terjadi, yang
merupakan kondisi nyata mengenai keterlaksanaan rencana yang memerlukan
evaluasi. Melakukan evaluasi berarti menunjukkan kehati-hatian karena ingin mengetahui
apakah implementasi program yang telah
direncanakan sudah berjalan dengan benar dan sekaligus memberikan hasil
sesuai dengan harapan. Jika belum bagian mana yang belum sesuai serta apa yang
menjadi penyebabnya.
Penelitian evaluatif memiliki dua kegiatan
utama yaitu pengukuran atau pengambilan data dan membandingkan hasil pengukuran
dan pengumpulan data dengan standar yang digunakan. Berdasarkan hasil perbandingan
ini maka akan didapatkan kesimpulan
bahwa suatu kegiatan yang dilakukan itu layak atau tidak, relevan atau tidak,
efisien dan efektif atau tidak. Atas dasar kegiatan tersebut, penelitian evaluatif dimaksudkan untuk membantu perencana dalam
pelaksanaan program, penyempurnaan dan perubahan program, penentuan keputusan atas
keberlanjutan atau penghentian program, menemukan fakta-fakta dukungan
dan penolakan terhadap program, memberikan sumbangan dalam pemahaman suatu program serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Lingkup penelitian evaluatif dalam bidang
pendidikan misalnya evaluasi kurikulum, program pendidikan, pembelajaran,
pendidik, siswa, organisasi dan manajemen.
Satu pengertian pokok yang terkandung
dalam evaluasi adalah adanya standar, tolok ukur atau kriteria.
Mengevaluasi adalah melaksanakan upaya
untuk mengumpulkan data mengenai kondisi nyata sesuatu hal, kemudian
dibandingkan dengan kriteria agar dapat diketahui kesenjangan antara kondisi nyata
dengan kriteria (kondisi yang diharapkan).
Penelitian evaluatif bukan sekedar
melakukan evaluasi pada umumnya. Penelitian evaluatif merupakan kegiatan
evaluasi tetapi mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku bagi sebuah penelitian,
yaitu persyaratan keilmiahan, mengikuti sistematika dan metodologi secara
benar sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Sejalan dengan makna
tersebut, penelitian evaluatif
harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut
(Arikunto, 2006):
1.
Proses kegiatan penelitian tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku bagi penelitian
ilmiah pada umumnya.
2.
Dalam melaksanakan evaluasi, peneliti berpikir sistemik yaitu
memandang program yang diteliti sebagai sebuah kesatuan yang terdiri dan
beberapa komponen atau unsur yang saling berkaitan antara satu sama lain dalam
menunjang keberhasilan kinerja dan objek yang dievaluasi.
3.
Agar dapat mengetahui secara rinci
kondisi dan objek yang dievaluasi, perlu adanya identifikasi komponen yang
berkedudukan sebagai faktor penentu bagi keberhasilan program.
4.
Menggunakan standar, kriteria, dan
tolok ukur yang jelas untuk
setiap indikator yang dievaluasi agar dapat diketahui dengan cermat keunggulan
dan kelemahan program.
5.
Agar
informasi yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi nyata secara rinci
untuk mengetahui bagian mana dari program yang belum terlaksana, perlu ada
identifikasi komponen yang dilanjutkan dengan identifikasi sub komponen, dan
sampai pada indikator dan program yang dievaluasi.
6.
Dari hasil penelitian harus dapat
disusun sebuah rekomendasi secara rinci dan akurat sehingga dapat ditentukan
tindak lanjut secara tepat.
7.
Kesimpulan atau hasil penelitian
digunakan sebagai masukan/rekomendasi bagi kebijakan atau rencana program yang
telah ditentukan. Dengan kata lain, dalam melakukan kegiatan evaluasi program,
peneliti harus berkiblat pada tujuan program kegiatan sebagai standar,
kriteria, atau tolak ukur.
Berdasarkan Tujuan
1. Penelitian
Deskriftif
Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala,
peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif
memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat
penelitian berlangsung. Melalui
penelitian deskriptif, peneliti
berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat
perhatian tanpa memberikan
perlakukan khusus terhadap peristiwa tersebut. Variabel yang diteliti
bisa tunggal (satu variabel) bisa juga lebih
dan satu variabel.
Penelitian
deskriptif sesuai karakteristiknya memiliki langkah-langkah tertentu dalam
pelaksanaannya. Langkah-langkah tersebut
adalah sebagai berikut:
1.
Perumusan masalah. Metode penelitian manapun harus diawali dengan
adanya masalah, yakni pengajuan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang
jawabannya harus dicari menggunakan data
dari lapangan. Pertanyaan masalah mengandung variabel-variabel yang menjadi kajian dalam studi ini. Dalam penelitian
deskriptif peneliti dapat menentukan status variabel atau mempelajari hubungan
antara variabel.
2.
Menentukan jenis informasi yang diperlukan. Dalam hal ini peneliti perlu menetapkan
informasi apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan atau masalah yang telah
dirumuskan. Apakah informasi kuantitatif ataukah kualitatif. Informasi
kuantitatif berkenaan dengan data atau informasi dalam bentuk bilangan/angka
seperti.
3.
Menentukan prosedur pengumpulan data. Ada dua unsur penelitian yang diperlukan,
yakni instrumen atau alat pengumpul data dan sumber data atau sampel yakni dari
mana informasi itu sebaiknya diperoleh. Dalam penelitian ada sejumlah alat
pengumpul data antara lain tes, wawancara, observasi, kuesioner, sosiometri.
Alat-alat tersebut lazim digunakan dalam penelitian deskriptif. Misalnya untuk
memperoleh informasi mengenai langkah-langkah guru mengajar, alat atau
instrumen yang tepat digunakan adalah observasi atau pengamatan. Cara lain yang
mungkin dipakai adalah wawancara dengan
guru mengenai langkah-langkah mengajar. Agar diperoleh sampel yang jelas, permasalahan penelitian harus dirumuskan
se-khusus mungkin sehingga memberikan arah yang pasti terhadap instrumen dan
sumber data.
4.
Menentukan prosedur pengolahan informasi
atau data. Data dan informasi yang telah
diperoleh dengan instrumen yang dipilih dan sumber data atau sampel tertentu
masih merupakan informasi atau data kasar. Informasi dan data tersebut perlu
diolah agar dapat dijadikan bahan untuk menjawab pertanyaan penelitian.
5.
Menarik kesimpulan penelitian. Berdasarkan hasil pengolahan data di atas,
peneliti menyimpulkan hasil penelitian deskriptif dengan cara menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian dan mensintesiskan semua jawaban tersebut
dalam satu kesimpulan yang merangkum permasalahan penelitian secara
keseluruhan.
Penelitian deskriptif adalah salah
satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan
gambaran lengkap mengenai setting sosial
atau hubungan
antara fenomena yang diuji. Dalam penelitian ini, peneliti telah memiliki
definisi jelas tentang subjek penelitian
dan akan menggunakan pertanyaan who dalam menggali informasi
yang dibutuhkan. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran
akurat
tentang sebuah kelompok,
menggambarkan mekanisme
sebuah proses
atau hubungan, memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal
atau numerikal, menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan, menciptakan
seperangkat kategori
dan mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan seperangkat tahapan atau
proses, serta untuk menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek
penelitian.
2. Penelitian
Prediktif
Tipe
lain dari penelitian pengetahuan adalah yang mencakup ramalan (prediksi), yaitu
kecakapan meramalkan fenomena (gejala) yang akan terjadi pada waktu tertentu
dengan menggunakan informasi dari waktu sebelumnya. Banyak studi-studi ramalan
telah dilakukan oleh para peneliti pendidikan untuk mengembangkan pengetahuan
mengenai faktor-faktor yang meramalkan keberhasilan para siswa di sekolah dan
dunia kerja.
Tujuan
lain dari penelitian prediksi adalah untuk mengidentifikasi para siswa yang
mungkin tidak akan berhasil pada urutan berikutnya sehingga dengan demikian
program pencegahan dapat dilembagakan. Sebagai contoh, dengan mengumpulkan
berbagai informasi yang berbeda mengenai para siswa di kelas enam, dan
mengamatinya sampai mereka lulus dari sekolah menengah atau drop out, para
peneliti dapat menentukan informasi mana yang memberikan prediksi paling baik.
Pengetahuan prediksi ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi para siswa
kelas enam yang memiliki risiko drop out.
3. Penelitian
Improftif
Penelitian inproftif (improvetive reasearch)
ditujukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau menyempurnakan suatu keadaan,
kegiatan atau pelaksanaan suatu program.
Secara umum, studi penelitian improftif ini
direncanakan untuk mengembangkan pengetahuan mengenai intervensi-intervensi
yang mengontrol fenomena-fenomena penting. Sebagai contoh, seorang ahli
fisiologi menempatkan suatu elektroda yang ditanamkan pada otak seekor tikus
untuk mengetahui apakah intervensi (campur tangan) tersebut mempengaruhi
aktivitas otak tikus. Apabila penempatan elektroda pada otak tikus tersebut
(intervensi X) mempengaruhi aktivitas otak utama tikus (gejala Y), kita
mengatakan bahwa penempatan electroda tersebut “mengontrol” aktivitas otak.
Karena umumnya intervensi dalam penelitian pendidikan bertujuan untuk
meningkatkkan nilai outcome seperti pengetahuan para siswa, kita mengatakan bahwa penelitian ini
diorientasikan pada peningkatan (daripada pengontrolan).
Banyak studi penelitian yang telah dilakukan untuk
mengidentifikasi intervensi atau faktor-faktor yang ditranformasikan sebagai
intervensi untuk meningkatkan pencapaian/prestasi akademik para siswa. Herbert
Walberg dan kawan-kawannya telah mensistesis hampir 3.000 studi semacam ini
untuk mengidentifikasi potensi intervensi yang dapat meningkatkan performan
para siswa dengan melakukan bermacam-macam pengukuran terhadap prestasi akademik.
Sintesis Walberg mengenai penelitian ini menunjukkan bahwa para peneliti
pendidikan telah menemukan beberapa intervensi yang efektif untuk meningkatkan
prestasi akademik para siswa. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih
lanjut untuk menemukan intervensi-intervensi lain yang membuat pendidikan lebih
efektif melalui setting pendidikan yang berbeda dan untuk tipe-tipe siswa yang
berbeda pula.
4. Penelitian
Eksplanatif
Penelitian
eksplanatif (penjelasan) merupakan yang paling penting dari seluruh penelitian
lainnya. Dengan arti tipe pengetahuan ini mencakup tiga pengetahuan lainnya. Jika para peneliti dapat menjelaskan
satu perangkat fenomena, artinya mereka dapat mendeskripsikan, meramalkan, dan
mengontrol fenomena dengan tingkat kepastian dan akurasi yang tinggi.
Penelitian eksplanasi memberikan teori-teori mengenai gejala-gejala yang akan
diselidiki. Banyak teori-teori penting yang telah dikembangkan oleh para
peneliti pendidikan. Sebagai contoh adalah teori produktivitas pendidikan yang
telah dikembangkan oleh Herbert Walberg. Teori tersebut, memiliki persamaan
dengan teori yang dikembangkan oleh Benyamin Bloom, John carroll, Robert
Glaser, dan lainnya yang berusaha menjelaskan mengapa beberapa siswa belajar
lebih banyak dari siswa lainnya dan bagaimana belajar dapat ditambah. Ilmu
pengetahuan teoritis merupakan sesuatu yang penting kerena akan memberikan
“formula” yang lebih ringkas untuk meramalkan dan mengontrol gejala-gejala yang
menyangkut individu-individu yang berbeda , setting, dan kejadian pada waktu
yang berbeda.
Herberg
Walberg (dalam Walter R. Berg) memberikan summary bahwa penelitian pendidikan
menghasilkan empat jenis pengetahuan penting yaitu: deskripsi mengenai fenomena
pendidikan; prediksi mengenai fenomena pendidikan; informasi mengenai
pengaruh-pengaruh dari peningkatan-yang berorientasi intervensi; dan
teori-teori. Dalam merefleksikan kerja mereka, para peneliti pendidikan
memelihara pengembangan ilmu pengetahuan baru mengenai bagaimana merencanakan
dan melaksanakan penelitian.
0 komentar:
Posting Komentar